Monday, 29 June 2015

SISTEM PEMINDAH TENAGA - CVT (Continously Variable Transmisision)




Continously Variable Transmisision atau yang biasa orang bilang CVT ini merupakan pengganti gear box transmision pada transmisi otomotis. Bila kita melihat pada gambar di atas, memang sangat berbeda jauh bentuknya maupun komponennya bila dibandingkan dengan transmisi gearbox. Pada CVT secara garis umum tergabung dengan adanya sepasang pulley adjustable dan sebuah belt yang membuat kedua pulley ini berputar pada putaran yang sama. Pulley ini akan “mengembang” dan “mengempis” untuk mengatur rasio perpindahan gigi. Sehingga pada saat mobil berjalan lambat, seperti pada gambar di sebelah kiri. Dan saat berkecepatan tinggi terdapat pada gambar sebelah kanan. Pada transmisi CVT, memungkinkan transmsisi dapat merubah posisi gigi-nya sampai tak terhingga. Tergantung dari bergeseran pulley tersebut.

KEUNTUNGAN SISTEM CVT
 Memberikan perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara otomatis.
  1. Perbandingan rasio gigi yang sangat tepat tanpa harus memindahan gigi.
  2. Tidak akan terjadi hentakan saat perpindahan gigi.
  3. Perpindahan kecepatan yang sangat lembut.
KERUGIAN CVT
 Untuk start pertama dibutuhkan putaran yang tinggi
  1. Pembukaan gas cenderung besar, karena dibutuhkan putaran tinggi untuk bisa berjalan dan berpidah rasio.
  2. Penggunaan bensin lebih boros.
  3. Karena lebih banyak bekerja pada putaran tinggi dimungkinkan mesin lebih cepat rusak jika tidak mendapatkan perawatan yang lebih.
  4. Pada saat jalan menurun, engine brake yang terjadi sangat kecil, sehingga cenderung mengerem dan rem akan terbakar.
  5. Karena kecilnya engine brake ini akan menimbulkan motor sulit dikendalikan saat jalan menurun. untuk itu tidak disarankan menggunakan motor matic di kondisi jalan menanjak dan menurun bagi yang belum berpengalaman.
CARA KERJA DARI CVT


Saat Putaran Idle
Saat putaran langsam kopling sentrifugal pada pulley sekunder belum berhubungan, sehingga putaran dari pulley primer belum dapat diteruskan ke roda belakang.

Saat Putaran Mulai Jalan
Saat mulai berjalan kompling sentrifugal pada pulley sekunder mulai terhubung dan memutar roda belakang

Saat Putaran Menengah
saat putaran menengah besar pulley sekunder dan primer relatif sama, sehingga membuat perbandingan gigi yang sesuai.

Saat Putaran Tinggi
Saat putaran tinggi, pulley primer membesar, karena putaran mesin meninggi, oleh karena pulley primer membesar belt lebih banyak tertari ke depan, sehingga pulley sekunder mengecil. perbandingan putaran akan berubah lagi.

Saat Roda Beban Berat / Menanjak
Pada saat menanjak, atau beban berat, roda belakang agak tertahan, oleh karena beban sehingga pulley sekunder membesar dan pulley primer mengecil.
          Mungkin banyak yang belum mengerti cara kerja dari mesin matik atau CVT (Continuously Varible Transmission). Ternyata lebih sederhana dari mesin konvensional atau mesin bertransmisi. Semua komponen CVT terdapat pada boks CVT atau secara kasat mata bentuknya adalah lengan ayun sebelah kiri motor matik kita, yang terlihat begitu besar dan berat. Disitu terdapat tiga komponen utama yaitu pulley depan (Drive Pulley), pully belakang (Driven Pulley) dan v-belt. Pulley depan dihubungkan ke crankshaft engine (kruk-as), sedangkan puly belakang dihubungkan ke as-roda. Yang menghubungkan puly depan dan puly belakang adalah v-belt.
Pada saat stationer atau putaran rendah, puly depan memiliki radius yang kecil dibandingkan dengan puly belakang atau rasio gigi ringan. Seiring dengan bertambahnya putaran mesin (rpm), maka puly depan radiusnya juga ikut membesar sedangkan puly belakang justru mengecil atau sama dengan rasio gigi berat.
Untuk kerja v-belt hanya menghubungkan kedua puly tersebut agar dapat berjalan secara bergantian. Jadi saat puly depan membesar maka yang menyebabkan puly belakang mengecil adalah karena desakan dari v-belt, karena panjang v-belt selalu sama pada proses ini.
Karena kerja CVT yang linear, maka mesin matik dapat menghasilkan akselerasi yang halus tanpa adanya kehilangan tenaga.

PENYEBAB V-Belt CEPAT PUTUS
 





Umumnya, umur pakai v-belt pada scooter matic yaitu 15.000-20.000 kilometer. Namun, lewat dari itu, v-belt biasanya putus tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Selain karena usia pemakaian yang lebih, ada beberapa hal menjadi penyebab putusnya v-belt, dan semuanya bisa dideteksi kalau mau bersusah sedikit.


Inilah bagian-bagian yang perlu dicermati: 
1.  Lihat bagian dalam atau bagian bergigi dari v-belt. Tanda-tanda mau putus, kata Raymond, biasanya ada yang retak-retak. Kalau tidak ada, bisa juga menekuk v-belt.
2.  Di sisi samping belt, sudutnya terlihat lebih ramping atau tajam ketimbang belt standar. Itu menandakan belt sudah aus akibat gesekan dengan puly. Jika sudah aus—belt menjadi mulur—menimbulkan suara berisik di rumah CVT, seperti rantai yang kendur, karena belt bergesek dengan tutup CVT atau crankcase.
3.  Pengaruhnya, "Akselerasi awal biasanya jadi selip. Seperti gas diputar tapi tenaga tidak sesuai putaran mesin," bilang H Indra Putera Laksana, mekanik GT Speed di Cinere, Depok.
4. Pemakaian ukuran ban yang tak lazim, misalnya 140/80-14. Belt butuh tekanan lebih besar untuk menggerakkan roda. Inilah yang bikin belt cepat aus. Selain itu, tenaga yang besar—akibat pemakaian ban lebar—juga bikin belt cepat aus.
5.  Rute perjalanan yang panjang seharian juga bikin daya tahan v-belt berkurang lalu membuatnya cepat putus. Misalnya, sekali jalan puluhan kilometer tanpa istirahat dicampur macet. Walau pemakaian masih sekitar 10.000 km, v-belt bisa saja putus.


No comments:

Post a Comment