Continously Variable Transmisision atau
yang biasa orang bilang CVT ini merupakan pengganti gear box transmision pada
transmisi otomotis. Bila kita melihat pada gambar di atas, memang sangat
berbeda jauh bentuknya maupun komponennya bila dibandingkan dengan transmisi
gearbox. Pada CVT secara garis umum tergabung dengan adanya sepasang pulley
adjustable dan sebuah belt yang membuat kedua pulley ini berputar pada putaran
yang sama. Pulley ini akan “mengembang” dan “mengempis” untuk mengatur rasio
perpindahan gigi. Sehingga pada saat mobil berjalan lambat, seperti pada gambar
di sebelah kiri. Dan saat berkecepatan tinggi terdapat pada gambar sebelah
kanan. Pada transmisi CVT, memungkinkan transmsisi dapat merubah posisi
gigi-nya sampai tak terhingga. Tergantung dari bergeseran pulley tersebut.
KEUNTUNGAN SISTEM CVT
Memberikan
perubahan kecepatan dan perubahan torsi dari mesin ke roda belakang secara
otomatis.
- Perbandingan rasio gigi yang sangat tepat tanpa harus memindahan gigi.
- Tidak akan terjadi hentakan saat perpindahan gigi.
- Perpindahan kecepatan yang sangat lembut.
Untuk start
pertama dibutuhkan putaran yang tinggi
- Pembukaan gas cenderung besar, karena dibutuhkan putaran tinggi untuk bisa berjalan dan berpidah rasio.
- Penggunaan bensin lebih boros.
- Karena lebih banyak bekerja pada putaran tinggi dimungkinkan mesin lebih cepat rusak jika tidak mendapatkan perawatan yang lebih.
- Pada saat jalan menurun, engine brake yang terjadi sangat kecil, sehingga cenderung mengerem dan rem akan terbakar.
- Karena kecilnya engine brake ini akan menimbulkan motor sulit dikendalikan saat jalan menurun. untuk itu tidak disarankan menggunakan motor matic di kondisi jalan menanjak dan menurun bagi yang belum berpengalaman.
Saat Putaran Idle
Saat putaran langsam
kopling sentrifugal pada pulley sekunder belum berhubungan, sehingga putaran
dari pulley primer belum dapat diteruskan ke roda belakang.
Saat Putaran Mulai Jalan
Saat mulai berjalan
kompling sentrifugal pada pulley sekunder mulai terhubung dan memutar roda
belakang
Saat Putaran Menengah
saat putaran menengah
besar pulley sekunder dan primer relatif sama, sehingga membuat perbandingan
gigi yang sesuai.
Saat Putaran Tinggi
Saat putaran tinggi,
pulley primer membesar, karena putaran mesin meninggi, oleh karena pulley
primer membesar belt lebih banyak tertari ke depan, sehingga pulley sekunder
mengecil. perbandingan putaran akan berubah lagi.
Saat Roda Beban Berat / Menanjak
Pada saat menanjak,
atau beban berat, roda belakang agak tertahan, oleh karena beban sehingga
pulley sekunder membesar dan pulley primer mengecil.
Mungkin
banyak yang belum mengerti cara kerja dari mesin matik atau CVT (Continuously
Varible Transmission). Ternyata lebih sederhana dari mesin konvensional atau
mesin bertransmisi. Semua komponen CVT terdapat pada boks CVT atau secara kasat
mata bentuknya adalah lengan ayun sebelah kiri motor matik kita, yang terlihat
begitu besar dan berat. Disitu terdapat tiga komponen utama yaitu pulley
depan (Drive Pulley), pully belakang (Driven Pulley) dan v-belt. Pulley depan dihubungkan
ke crankshaft engine (kruk-as), sedangkan puly belakang dihubungkan ke as-roda.
Yang menghubungkan puly depan dan puly belakang adalah v-belt.
Pada saat stationer
atau putaran rendah, puly depan memiliki radius yang kecil dibandingkan dengan puly
belakang atau rasio gigi ringan. Seiring dengan bertambahnya putaran mesin
(rpm), maka puly depan radiusnya juga ikut membesar sedangkan puly belakang
justru mengecil atau sama dengan rasio gigi berat.
Untuk kerja v-belt
hanya menghubungkan kedua puly tersebut agar dapat berjalan secara bergantian.
Jadi saat puly depan membesar maka yang menyebabkan puly belakang mengecil
adalah karena desakan dari v-belt, karena panjang v-belt selalu sama pada
proses ini.
Karena kerja CVT yang
linear, maka mesin matik dapat menghasilkan akselerasi yang halus tanpa adanya
kehilangan tenaga.
PENYEBAB V-Belt CEPAT PUTUS
Umumnya, umur pakai
v-belt pada scooter matic yaitu 15.000-20.000 kilometer. Namun, lewat dari itu, v-belt
biasanya putus tanpa ada tanda-tanda sebelumnya. Selain karena usia
pemakaian yang lebih, ada beberapa hal menjadi penyebab putusnya v-belt, dan
semuanya bisa dideteksi kalau mau bersusah sedikit.
1. Lihat bagian dalam atau bagian bergigi dari v-belt.
Tanda-tanda mau putus, kata Raymond, biasanya ada yang retak-retak. Kalau tidak
ada, bisa juga menekuk v-belt.
2. Di sisi samping belt, sudutnya terlihat lebih
ramping atau tajam ketimbang belt standar. Itu menandakan belt sudah aus akibat
gesekan dengan puly. Jika sudah aus—belt menjadi mulur—menimbulkan suara
berisik di rumah CVT, seperti rantai yang kendur, karena belt bergesek dengan
tutup CVT atau crankcase.
3. Pengaruhnya, "Akselerasi awal biasanya jadi
selip. Seperti gas diputar tapi tenaga tidak sesuai putaran mesin," bilang
H Indra Putera Laksana, mekanik GT Speed di Cinere, Depok.
4. Pemakaian ukuran ban yang tak lazim, misalnya
140/80-14. Belt butuh tekanan lebih besar untuk menggerakkan roda. Inilah yang
bikin belt cepat aus. Selain itu, tenaga yang besar—akibat pemakaian ban
lebar—juga bikin belt cepat aus.
5. Rute perjalanan yang panjang seharian juga bikin
daya tahan v-belt berkurang lalu membuatnya cepat putus. Misalnya, sekali jalan
puluhan kilometer tanpa istirahat dicampur macet. Walau pemakaian masih sekitar
10.000 km, v-belt bisa saja putus.
No comments:
Post a Comment